Kamis, 10 Oktober 2013

Engkaukah malaikat itu?


Chapter 1 (part 6)

Hujan mengisi relung imajinasiku. Membawaku hanyut dalam deru tetes air tak berkesudahan. Teringat masa kanak-kanakku. Menggunakan daun pisang sebagai payung dan berlari-larian bersama teman-teman sepulang sekolah. Menuju sungai di belakang sekolah. Melihat orang memancing dan menjala ikan. Aku suka hujan, aku juga suka melihat sungai yang beriak-riak.
            Setelah itu ibu akan mencariku dan mengajakku pulang. Dengan mata yang berkilat gusar, ibu akan memarahiku. Untuk apa hujan-hujan deras seperti itu malah berkeliaran di sungai, pikir ibu tidak mengerti. Tapi setelah itu ibu akan menyelimutiku dan membuatkan susu hangat. Aku senang. Tak ada lagi kemarahan dimatanya. Meskipun masih ada kecemasan tergambar di wajah ibu, tapi matanya selalu bercahaya dan bersinar-sinar. Seperti sinar bulan dimalam hari. Begitu sendu namun menghangatkan.
***

Hujan mengguyur sejak subuh tadi. Aku masih malas-malasan dikasur dan memilih untuk melanjutkan mimpi yang terpotong tadi. Dalam hati bertekad untuk tidak melakukan apapun seharian ini.
            Tapi mataku tak dapat terpejam kembali. Ada bayangan Yudi tiba-tiba datang mengganggu. Bagai tamu tak diundang. Bayangan itu mendominasi otakku. Teringat tentang kejadian kemarin. Saat dia memegang dan menarik tanganku. Rasanya seakan dunia disekitarku berhenti, digantikan oleh suara merdu sebuah lagu sendu.
            Melihat ke dalam matanya, aku merasa ditelanjangi. Menelanjangi kepalsuanku. Seakan semua topeng yang kukenakan sebagai benteng kekuatanku runtuh. Menjadikanku serupa anak kecil polos yang hanya sanggup menunjukkan kejujuran. Aku tak sanggup jika harus berlama-lama menikmati mata sendunya.
            Rrrr rrr sebuah pesan masuk ke smartphoneku. Dari Yudi.

Kakak lagi apa?

Menghela nafas sejenak. Anak ini tahu saja kalau aku lagi mikirin dia.

Nggak ada.
Main yuk.

Hah? Yudi ngajakin aku jalan? Nggak salah? Batinku penasaran.

Kemana?
Kemana aja
Terserah kakak deh
Malas
Kamu ajakin temenmu aja
Hadehhhh
Ayo to kaaak…
Plissss

Hujan dek disini
Adek kehujanan nanti
Kakak malas keluar

Kalau gitu adek ke kosan kakak sekarang

Serius?

Iyaaa..

Oke.

            Rasanya kedekatan kami agak terlalu aneh. Bagaimanapun juga dia adalah bawahanku. Aku tak pernah sedekat ini dengan seseorang yang pernah bekerja denganku. Apa yang seharusnya kulakukan padanya. Tapi meskipun begitu aku tak pernah berhasil menjauh atau bahkan menjaga jarak dengan Yudi. Kurasa aku sudah sinting.
            “Ini buat kakak,” kata Yudi sambil menyerahkan bungkusan plastik ke arahku.
            “Apaan nih?”
            “Buka aja. Kakak belum sarapan kan?”
            “Hmm…kamu bawain kakak sarapan. Adek baik banget sih,” kataku malu-malu. Tidak tahu harus bersikap bagaimana. Rasa-rasanya sikapnya terlalu baik padaku. Atau dia memang aslinya baik pada semua orang.
            “Malah ngelamun,” kata Yudi sambil melangkah ke arah jendela. Memperhatikan hujan diluar. Rambut dan kemejanya sedikit basah terkena hujan.
            “Mau kopi? Atau coklat panas?”
            “Coklat aja,” jawabnya acuh. Kini dia duduk di depan jendela kamar kosku sambil membaca novel Supernova favoritku.
            “Adek udah sarapan?” tanyaku sambil menyodorkan coklat panas ke arahnya. Dia tengah khusyuk menikmati tetes hujan.
            Apa yang dia pikirkan, batinku penasaran. Rambut lurusnya rapi terpotong pendek. Rahangnya keras membentuk wajah yang kaku. Kalau dilihat-lihat Yudi lumayan manis juga. Tapi jarang tersenyum.
            “Dek!”
            “Iya.”
            “Bisa senyum nggak?”
            “Hiiiiii…”
            “Hahahahha itu meringis bukan senyum.”
            “Hehehehe… masa sih kak.”
            “Adek lebih cakep kalau banyak senyum.”
            “Hahahahhaha…” Tawa Yudi riang.
            Aku melihat cahaya di matanya. Cahaya yang telah lama tidak terlihat. Tanpa kusadari telah menghangatkan hatiku. Dan aku tidak ingin kehilangan rasa hangat yang menyehatkan hatiku ini.
            Bukankah malaikat terbuat dari cahaya. Dan saat aku melihat cahaya dimatanya. Lalu dia itu sebenarnya apa, dia kah malaikat yang akan memberiku sebuah jawaban?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar